Di muka bumi ini, mungkin hanya satu kuburan kapal laut yang terdampar di gurun pasir. Berawal kapal-kapal ini berlayar melintasi laut Aral yang luasnya 26 ribu mil terletak diantara Uzbekistan dan Kazakhstan. Namun kini laut Aral kehilangan seluruh airnya, menjelma menjadi gurun pasir tak bertuan.
Laut Aral yang telah menyusut 90 persen luasnya dalam 50 tahun terakhir, dapat kita katakana sebagai bencana paling mengejutkan akan perubahan ekstrim lingkungan. Air laut Aral mulai hilang pada tahun 1960, ketika Rusia mengalihkan aliran sungai-sungai yang berhilirkan ke laut Aral untuk membantu irigasi pada perkebunan kapas mereka.
Perlahan, setelah tidak ada aliran air dari sungai, laut Aral juga menyusut luasnya dan merusak perekonomian warga setempat dan meninggalkan kapal pukat terdampar.Ketika air menguap, hamparan pasir meninggalkan lapisan pasir yang sangat asin, dan meniupkan pasir hingga sejauh Skandinavia dan Jepang.
Laut Aral yang telah menyusut 90 persen luasnya dalam 50 tahun terakhir, dapat kita katakana sebagai bencana paling mengejutkan akan perubahan ekstrim lingkungan. Air laut Aral mulai hilang pada tahun 1960, ketika Rusia mengalihkan aliran sungai-sungai yang berhilirkan ke laut Aral untuk membantu irigasi pada perkebunan kapas mereka.
Perlahan, setelah tidak ada aliran air dari sungai, laut Aral juga menyusut luasnya dan merusak perekonomian warga setempat dan meninggalkan kapal pukat terdampar.Ketika air menguap, hamparan pasir meninggalkan lapisan pasir yang sangat asin, dan meniupkan pasir hingga sejauh Skandinavia dan Jepang.
Kerusakan lingkungan yang sangat parah ini menggugah perhatian Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon yang kemudian mendesak para pemimpin Asia Tengah untuk meningkatkan upaya untuk memecahkan masalah laut Aral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar