Sementara pembunuhan terhadap bayi karena jenis kelamin, pernikahan anak, serta perbudakan menjadikan India negara terburuk di dunia buat perempuan.
Jerman, Inggris, Australia, dan Prancis juga masuk dalam daftar lima negara teratas dari kelompok G20 yang terbaik buat perempuan. Ada 370 pakar gender yang diwawancara oleh TrustLaw, layanan berita hukum yayasan Thomson Reuters.
Amerika Serikat ada di posisi enam, tapi ada pendapat yang terpecah akan semakin mengkhawatirkannya pemenuhan hak reproduksi di AS serta akses kesehatan murah.
Saudi Arabia, meski perempuannya memiliki tingkat pendidikan yang baik, dilarang mengendarai mobil, dan baru boleh memilih pada Pemilu di 2011, adalah yang terburuk kedua setelah India. Indonesia menjadi negara terburuk ketiga, kemudian Afrika Selatan (terburuk keempat), dan Mexico (terburuk kelima).
Polling ini diluncurkan sebelum pertemuan kepala negara G20 di Mexico, 18-19 Juni, menunjukkan bahwa realita buat wanita di banyak negara semakin buruk meski sudah ada undang-undang atau pakta yang mendukung hak-hak perempuan.
"Di India, wanita dan anak-anak perempuan dijual, dinikahkan pada usia 10, dibakar hidup-hidup karena konflik mahar, lalu anak perempuan dieksploitasi sebagai buruh rumah tangga," kata Gulshun Rehman, konsultan program kesehatan dan pembangunan di Save the Children UK, salah satu yang diwawancara untuk jajak pendapat ini.
"Ini terlepas dari adanya Undang-undang Antikekerasan Domestik yang progresif pada 2005, melarang segala jenis kekerasan kepada wanita dan anak-anak perempuan."
TrustLaw juga meminta tenaga profesional, akademi, pekerja kesehatan, pembuat kebijakan, wartawan, dan pakar pembangunan dengan spesialisasi gender, untuk memberi peringkat pada 19 negara di G20 akan tempat terbaik dan terburuk jadi perempuan.
Yang dilihat adalah kualitas pelayanan kesehatan, bebas dari kekerasan, partisipasi politik, kesempatan di tempat kerja, akses ke pendidikan dan hak kepemilikan, serta kebebasan dari perdagangan manusia dan perbudakan.
Kanada dinilai memiliki akses ke kesehatan, tingkat pendidikan yang baik, dan undang-undang untuk melindungi perempuan, serta tidak membolehkan pernikahan dini.
Amerika Serikat, meski punya undang-undang hak sipil serta antikekerasan domestik, menyediakan akses ke pendidikan serta kesetaraan di tempat kerja, tapi akses terhadap kontrasepsi serta aborsi masih dibatasi. Perempuan pun di AS masih mengalami pembatasan akses terhadap layanan kesehatan murah.
Meski polling ini berdasarkan persepsi dan bukan statistik, data PBB mendukung persepsi para pakar tersebut.
Indeks Ketidaksetaraan Gender ( Gender Inequality Index-GII) yang melihat kesehatan reproduksi, pasar tenaga kerja, serta pemberdayaan perempuan memberi peringkat yang sama terhadap tiga negara yang disebut di atas sebagai tempat terburuk bagi perempuan (India, Saudi Arabia, dan Indonesia).
Meski, dalam peringkat GII ini, Saudi Arabialah yang terburuk, baru India jadi negara terburuk kedua.
Ketika dibandingkan untuk negara terbaik bagi perempuan, peringkat GII tidak sama dengan data di atas. Menurut GII, Jerman, Prancis, dan Korea Selatan adalah tiga negara terbaik. Kanada menjadi nomor tujuh, dan Amerika Serikat di peringkat 10.
Berikut peringkat lengkapnya:
1. Kanada
2. Jerman
3. Inggris
4. Australia
5. Prancis
6. Amerika Serikat
7. Jepang
8. Italia
9. Argentina
10. Korea Selatan
11. Brasil
12. Turki
13. Rusia
14. Cina
15. Meksiko
16. Afrika Selatan
17. Indonesia
18. Arab Saudi
19. India
Tidak ada komentar:
Posting Komentar