Survei Tembok Raksasa China Bikin Gusar Korsel
Pemerintah
Korea Selatan akan memeriksa dengan seksama survei baru China yang
menyatakan tembok raksasa ternyata mengular hingga masuk ke wilayah
negaranya.
Pemerintah China mengumumkan pertengahan pekan lalu bahwa benteng kuno ini sebenarnya dua kali lebih panjang dari yang diperkirakan sebelumnya.
Pemerintah China mengumumkan pertengahan pekan lalu bahwa benteng kuno ini sebenarnya dua kali lebih panjang dari yang diperkirakan sebelumnya.
Untuk
pertama kali pengukuran resmi tembok raksasa menyimpulkan strukturnya
membentang sepanjang 21.196 kilometer, yang merevisi estimasi pada
2009 yang hanya 8.852 kilometer.
Penelitian
China mengklain bagian timur melingkupi beberapa daerah yang termasuk
wilayah kerajaan Korea kuno. Para pejabat di Seoul tentu sewot dibuat
oleh kesimpulan penelitian China yang tergesa-gesa ini dan mereka akan
mengevaluasi survei secara menyeluruh.
“Prinsipnya
pemerintah tidak mengabaikan distorsi sejarah karena bisa langsung
menyangkut hubungannya dengan identitas etnik Korea,” kata wakil juru
bicara Kementerian Luar Negeri Han Hye-jin kepada para wartawan,
seperti ditulis koran Korean Herald terbitan Jumat (8/6).
"Kita masih
meneliti dengan seksama seluruh teks survei ini dan akan mengambil
tindakan tegas (jika ada bukti distorsi).” Sejarawan dan aktivis Korsel
menyebut klaim China ini sebagai "upaya politik untuk mengagungkan
teritorial tua sebagai negara multietnis dan merasionalisasikan
penindasan atas kelompok-kelompok minoritas”.
Survei ini
dilakukan Dinar Warisan Budaya serta Badan Negara Survei dan Pemetaan
China mulai 2007. Kedua badan ini mengaku telah menemukan benteng yang
membentang di 15 provinsi termasuk provinsi otonom barat seperti
Xinjiang, dan beberapa daerah timur yang termasuk wilayah Goguryeo dan
Balhae di wilayah kerajaan Korea tua yang sekarang masuk wilayah Korea
Utara dan Manchuria Selatan.
Peneliti
China sebelumnya mengatakan survei Tembok Raksasa ini hanya termasuk
struktur yang dibangun selama Dinasti Ming, yang berlangsung dalam
kurun waktu 1368-1644. Tapi menurut survei terbaru Tembok Raksasa juga
dibangun oleh kekaisaran Qing dan Han yang lebih tua.
Yayasan
Sejarah Asia Timur Laut yang berpusat di Seoul mengatakan studi terbaru
ini memiliki "kesalahan faktual" karena memperhitungkan tidak hanya
potongan Tembok Besar tetapi juga benteng-benteng besar dan kecil
lainnya tersebar di utara China.
"Bentangan
itu sebenarnya tidak sepanjang Tembok Besar yang dipanjang-panjangkan,
tetapi diakumulasikan dari berbagai tembok yang berbeda-beda,” ujar
seorang peneliti. China telah dituduh terus berupaya
memanjang-manjangkan Tembok Besar sejak menerapkan undang-undang yang
dirancang untuk melindungi tujuan wisata utama pada 2006.
Pada 2009,
menurut klaim China, Tembok Raksasa membentang lebih dari 8.852
kilometer, ini berarti bentangannya sudah melampaui panjang bentangan
yang dibuatdi 2006 yang hanya 6.000 kilometer.
Kontroversi
muncul saat penelitian ini mendefiniskan Tembok Bakjak yang dibuat
ooleh Kekaisaran Goguryeo yang kini masuk wilayah Dandong di Korea
Utara, sebagai bagian dari Tembok Besar. Namun tidak jelas apakah
survei terbaru mengulang klaim yang sama.
Bekas
wilayah kerajaan Goguryeo telah berulang kali menjadi sumber
ketegangan diplomatik antara Seoul dan Beijing. Apa yang disebut
Proyek China Timur Laut bertujuan untuk memverifikasi bahwa timur laut
China selalu di bawah kontrol Beijing.
Kekaisaran
Goguryeo, yang berlangsung dari 37 SM (sebelum masehi) hingga 668
masehi, dianggap memiliki masa gilang gemilang kejayaan menurut para
cendekiawan dan ulama Buddha. Nama modern Korea juga berasal dari
kekaisaran ini.
Tembok
Raksasa dibuat untuk menangkal serangan asing yang dibangun lebih dari
2.200 tahun silam. Kemudian diperluas oleh dinasti-dinasti
selanjutnya yang berjaya di China.
Menurut
penelitian, hanya 8,2% tembok asli yang utuh saat ini. Struktur buatan
manusia terbesar di dunia ini terdaftar sebagai situs Warisan Dunia
Unesco pada tahun 1987. Kelompok-kelompok minoritas di China termasuk
yang tinggal di Xinjiang dan Tibet telah lama memprotes pemerintah
pusat. Mereka menuntut kemerdekaan atau otonomi yang lebih besar.
Beijing
telah dikritik karena melakukan represi terhadap kebudayaan dan
kegiatan keagamaan meskipun pemerintah China selalu menyangkal tuduhan
itu. Sekitar sembilan juta warga Uighur Muslim diketahui tinggal di
Xinjiang, yang diduga keturunan saudagar-saudagar Turki yang berdagang
hingga ke China.
Dalai Lama,
simbol Tibet dan pemimpin spiritualyang hidup dalam pengasingan, telah
sering menohok hubungan bilateral antara China dan negara-negara
demokrasi Barat.
Klaim
Tembok Raksasa mengular sampai si Manchuria Selatan hingga ke Korea ini
sebenarnya mirip dengan sengketa kepulaan Spartly. China mengklain
gugusan pulau-pulau Spartly adalah tempat meneduh nelayan-nelayan
tradisional China, yang secara historis masuk wilayah China.
Kenyataannya,
kepulauan Spratly sangat dekat dengan Filipina dan sangat jauh dari
daratan China. Nah upaya serupa dilakukan China yang percaya wilayah
kerajaan tua China merangsek hingga ke semenanjung Korea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar